Ibuhamil mengalami peningkatan suhu tubuh sampai 0,5% meskipun pada tubuh ibu hamil sudah ada upaya kompensasi seperti pengeluaran panas lewat pernafasan dan keringat. Suhu tubuh ibu hamil normalnya 36,50C – 37,50C, jika lebih dari 37,50C dikatakan demam, hal ini mungkin ada infeksi dalam kehamilan. d) Berat Badan :
Kemampuan kognitif ibu pun cenderung menurun, sehingga menjadi mudah lupa. Bukan cuma itu, kelelahan akibat anemia pun dapat membuat ibu lebih sulit menyusui. Apa penyebab postpartum anemia? Umumnya, kurang darah atau anemia setelah melahirkan terjadi karena kombinasi dari faktor-faktor berikut. 1. Anemia saat hamil Ibu yang mengalami anemia saat hamil lebih mungkin mengalami postpartum anemia. Anemia saat hamil itu sendiri didefinisikan dengan kadar hemoglobin yang kurang dari 110 g/L pada trimester pertama dan terakhir serta kurang dari 105 g/L pada trimester kedua. Adapun penyebab paling umum dari anemia saat hamil adalah kekurangan sel darah merah, zat besi, folat, dan vitamin B12. 2. Perdarahan selama persalinan Perdarahan atau keluarnya darah selama persalinan wajar terjadi. Normalnya, darah yang keluar saat melahirkan, yaitu sekitar 300 ml. Namun, pada 5-6 persen wanita, darah yang keluar bisa sangat banyak hingga melebihi 500 ml. Kondisi inilah yang meningkatkan risiko seorang ibu kekurangan sel darah merah dan zat besi kronis hingga mengalami anemia. 3. Kurangnya asupan zat besi Seperti penjelasan sebelumnya, memperbanyak konsumsi zat besi sangat penting bagi ibu yang sedang memasuki masa nifas. Bila asupan zat gizinya tidak mencukupi, anemia bisa terjadi setelah melahirkan. Adapun zat besi dibutuhkan tubuh untuk memproduksi hemoglobin. Hemoglobin itu sendiri berfungsi untuk menyimpan dan membawa oksigen dalam sel darah merah. Bagaimana membedakan anemia kekurangan zat besi dan kelelahan normal setelah melahirkan? Memang, terkadang sulit untuk mengetahui apakah kelelahan yang terjadi setelah melahirkan merupakan kondisi yang normal atau terjadi karena postpartum anemia. Apalagi, beberapa dari Anda juga mungkin merasa lemas karena baby blues atau banyaknya tantangan dalam merawat bayi yang baru lahir. Jika begini, bagaimana membedakan kelelahan normal dan gejala postpartum anemia? Ibu bisa mengetahuinya dengan menemukan gejala anemia lainnya. Bila Anda merasa lemah, letih, lesu, lelah, dan lupa bersamaan dengan gejala anemia lain, seperti detak jantung cepat atau tidak teratur palpitasi atau sesak napas, Anda mungkin mengalami anemia setelah melahirkan. Anda mungkin juga terlihat lebih pucat dari biasanya serta sering terkena penyakit infeksi, seperti batuk dan pilek. Gejala anemia lain yang lebih jarang juga mungkin terjadi setelah Anda melahirkan, seperti ngidam makanan yang tak biasa, perubahan selera makan, telinga berdenging tinnitus, lidah terasa sakit, sakit kepala, dan gatal-gatal. Jika Anda memiliki tanda-tanda anemia kekurangan zat besi di atas, sebaiknya periksakan diri ke dokter Anda. Anda mungkin perlu menjalani tes darah untuk mencari tahu penyebabnya. Bagaimana cara mengatasi postpartum anemia? Mengatasi kurang darah atau anemia setelah melahirkan harus segera dilakukan untuk mendukung proses menyusui bayi Anda. Adapun cara pengobatannya beragam tergantung pada kondisi masing-masing pasien. Pada postpartum anemia ringan hingga sedang, dokter mungkin akan memberikan tablet zat besi oral dengan dosis 100-200 mg setiap hari. Pengecekan kadar hemoglobin mungkin akan diperlukan setelah 2 minggu pengobatan untuk memeriksa apakah pengobatan berhasil. Sementara pada postpartum anemia yang parah, pemberian zat besi umumnya melalui pembuluh darah intravena dengan dosis mg. Pada beberapa kasus, transfusi darah pun mungkin akan dokter sarankan. Namun, umumnya transfusi akan dokter berikan pada wanita yang mengalami perdarahan postpartum. Perbanyak asupan zat besi Di sisi lain, menyantap makanan kaya zat besi pun dapat membantu tubuh memenuhi kebutuhan zat besi setelah melahirkan. Berikut adalah dua macam makanan kaya zat besi yang bisa Anda konsumsi. Daging merah, ikan, dan ayam mengandung zat besi hem, yang dapat digunakan dengan mudah oleh tubuh. Biji-bijian, buah kering, sereal, dan sayuran hijau mengandung zat besi non-hem, yang lebih sulit diserap oleh tubuh. Untuk sayuran hijau, ibu bisa pilih brokoli, kangkung, selada air, atau lobak. Sementara bayam bukanlah sumber zat besi yang baik karena mengandung oksalat, yang justru mempersulit penyerapan zat besi. Anda pun bisa mengonsumsi makanan atau minuman mengandung vitamin C, seperti jus jeruk, brokoli, paprika, atau buah kiwi. Pasalnya, vitamin C dapat membantu tubuh menyerap zat besi non-hem dari makanan. Di sisi lain, Anda perlu menghindari minum teh dan kopi saat makan karena mengandung polifenol yang mempersulit penyerapan zat besi dari makanan. Teh juga mengandung tanin yang dapat meningkatkan risiko anemia atau kurang darah. Selain itu, obat antasida yang meredakan maag juga mencegah tubuh menyerap zat besi dari makanan yang Anda makan. Selain memenuhi kebutuhan zat besi, jangan lupa untuk merawat diri setelah melahirkan. Cukupi kebutuhan istirahat Anda dan cobalah tidur pada siang hari, saat bayi Anda sedang terlelap.ASUHANKEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN ANEMIA BERAT DI RUANG FLAMBOYAN RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG TANGGAL 16-21 MEI 2016 Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (Amd.Keb) OLEH ALBERTINA RAIMOY 132 111 200 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Kekurangan zat gizi zat besi,vit12,asam polat pedarahan Kegagalan sum-sum tulang Konsentrasi sel darah merah HB Defisiansi zat besi Anemia defisiansi asam folat,vit b12 vakositas darah anemia megalosbrastik resitensi aliran darah perifer Perubahan perfusi jarinag glositis Aliran 02 kejaringan kelemahan Hipoksia,pucat,lemah intoleransi aktivitas Beban kerja jantung Kerja jantung kehilangan nafsu makan Payah jantung malnutrisi Syok hiperpolemia plasma kurang motilitas usus pengenceran darah resiko pendarahan < zat besi dalam makanan konstipasi plasenta daya tahan tubuh nyeri abdomen konsentrasi menuru resiko kematian pembentukan otot kemampuan mengelola informasi yg di dengar